EKONOMI - Bayangkan sebuah desa yang ramai dengan batik-batik cantik yang bergelantungan di setiap sudut, atau desa lain yang dipenuhi pohon-pohon pisang yang buahnya siap dipanen kapan saja. Di ujung lain, ada kampung yang baunya harum sabun, sedangkan kampung tetangganya berjejer ikan-ikan segar dan beragam hasil laut yang menggoda. Selamat datang di Indonesia, negeri dengan jutaan penduduk dan ide cemerlang, kampung tematik produktif!
Kenapa kita butuh kampung-kampung "gaul" seperti ini? Bukan hanya sekadar gaya-gayaan atau tren sesaat, konsep kampung tematik produktif ini punya misi besar untuk memberdayakan ekonomi dari akar rumput. Bayangkan, setiap kampung bisa menjadi spesialis satu produk atau jasa yang khas dan unik. Kampung Batik, misalnya, menjadi kiblat mode tradisional; Kampung Pisang jadi pusat buah kuning ini dan olahannya; Kampung Sabun membuat sabun-sabun yang wangi dan ramah lingkungan. Ini bukan cuma soal produk, tapi soal jati diri. Setiap kampung punya “brand” dan cerita yang bisa dijual kepada masyarakat luas, bahkan hingga mancanegara.
Tak hanya itu, dengan adanya jaringan kampung-kampung produktif, kita bisa membangun pasar silang. Kampung Duku bisa kirim duku ke Kampung Manggis, dan Kampung Ikan bisa jual hasil lautnya ke Kampung Sabun yang butuh minyak ikan untuk produknya. Alhasil, aliran ekonomi ini bukan cuma sekadar “jualan tetangga ke tetangga, ” tapi menciptakan rantai distribusi yang saling melengkapi di seluruh Indonesia. Semua terhubung, dari Sabang sampai Merauke!
Selain bikin dompet rakyat tebal, kampung-kampung tematik ini juga menyulap tiap desa jadi kebanggaan lokal. Bukan cuma anak muda di kota besar yang bisa "berprestasi" di media sosial—anak-anak desa juga bisa memamerkan keterampilan mereka yang mumpuni di bidangnya. Dan yang lebih seru lagi, dengan fokus pada produk-produk khas daerah, budaya lokal juga bisa tetap lestari. Lihat saja Kampung Batik yang menjunjung tinggi teknik pewarnaan tradisional, atau Kampung Rambutan yang menjaga cara-cara alami dalam bertani. Desa-desa ini bukan cuma menghasilkan produk, tapi juga menjaga warisan.
Baca juga:
Muhaimin Iskandar Dukung Kripto Kena Pajak
|
Dampaknya? Kampung tematik produktif ini bisa menciptakan jutaan lapangan kerja baru! Tak perlu lagi orang berbondong-bondong ke kota besar, karena di desa pun sudah ada pekerjaan yang menghasilkan. Dengan 65% penduduk Indonesia tinggal di desa, program ini bisa jadi jalan pintas menuju ekonomi yang kuat dan mandiri, sekaligus mengurangi masalah urbanisasi yang bikin sesak.
Jadi, jangan remehkan kampung-kampung kita! Kampung tematik produktif ini adalah pondasi ekonomi masa depan Indonesia. Kalau program ini sukses, Indonesia akan punya ekosistem ekonomi yang tangguh, saling terhubung, dan berkelanjutan—semua berawal dari desa!
Jakarta, 30 Oktober 2024
Hendri Kampai
Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi